Sabtu, 21 Juli 2012

Marhaban Ya Ramadhan

LEMABANG 2008

Oleh : Prof Djalaludin

Kaum Yahudi Yathrib berhasil mengadu domba kabilah Aus dan kabilah Khazraj. Kabilah bertentangan yang semula hidup rukun dan harmonis itu, berubah total. Propaganda kaum Yahudi ternyata berhasil mengobarkan permusuhan antara kabila Aus dan Khazraj. Demikian kental rasa permusuhan tersebut, hingga peluang untuk mendamaikan kedua kabilah Yathrib penyembah berhala ini seakan tertutup sudah.

Pada waktu berkunjung ke Mekkah, utusan dari kedua kabilah ini sering memperoleh informasi mengenai sosok Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib. Mulai dasri silsilah keluarga, maupun kemuliaan akhlak beliau sejak masa kanak-kanak hingga diangkat menjadi Rasul. Selain itu adakalanya juga utusan dari kedua kabilah berjumpa dan berdialog langsung dengan sosok laki-laki yang mereka kagumi itu.

Tersirat harapan dan keyakinan, bahwa tokoh yang berakhlak mulia bisa menyempatkan dirinya sebagai penengah dan sekaligus mampu menjadi pendamai. Bisa menyelesaikan "permusuhan bebuyutan" antara kabilah Aus dan Khazraj. Sosok laki-laki yang juga adalah Rasul Allah itu. Keyakinan dimaksud selalu disampaikan oleh para utusan dari kedua belah pihak kepada Muhammad SAW. Minta agar laki-laki yang mereka rindukan itu bersedia pindah ke Yathrib. Keinginan itu barulah terpenuhi setelah Rasul Allah SAW mendapat perintah hijrah dari Allah SWT. Peristiwa itu terjadi pada tahun ke-13 masa Kerasulan.

Menjelang masuk kota, warga Yathrib (Madinah) sudah tumpa ruah memenuhi jalan. Beramai-ramai menyabut kedatangan Rasulullah SAW. Luapan kebahagiaan dan kegembiraan mereka mereka lantunkan di rangkaian keindahan prosa liris yang paling santun, yakni:

"Marhaban." Marhaban ya nurula'ini. Marhaban jadd al-Husaini.



Selamat Datang, wahai cahaya matakku. Selamat datang kakek Hasan dan Husein

Marhaban kira-kira setara dengan "sugeng rawuh" dalam kosa kata kromo inggil (Jawa) yang mengandung arti "selamat datang." Marhaban adalah ucapakan kata paling halus dan santun. Ungkapan kata yang keluar dari ketulusan hati, dalam menyambut tamu agung yang dihormati dan dimuliakan. Sosok tamu yang dikagumi oleh adanya berbagai keistimewaan yang dimilikinya, hingga pantas dan layak untuk dihormati dan dimuliakan.

Ucapan itu kini dikumandangkan oleh kaum muslim guna menyambut kehadiran bulan Ramadhan. Bulan mulia yang menjadi "tamu agung" ini hanya datang setahun sekali. Secara khusus menyapa dan mengajak orang-orang beriman untuk mengikuti pelatihan peningkatan nilai-nilai spiritual selama sebulan penuh. Latihan intensif yang mengharapkan mampu mengubah status orang-orang beriman (mu'minin) menjadi muttaqiin (bertakwa).

Ramadhan memang bulan istimewa. Sampai-sampai Rasulullah SAW mengatakan: "Seandainya ummatku mengetahui (semua keistimewaan) yang dikandung oleh Ramadhan, niscaya mereka mengharapkan seluruh bulan menjadi Ramadhan." (M Quraish Shihab, 1996:543). Maka sangatlah pantas kalau ucapan selamat datang kepada Ramadhan, juga digunakan terminologi khusus yakni marhaban. Bukan ahlan wa sahlan, walaupun artinya juga selamat datang.

Marhaban mengandung arti "luas" atau "lapang." Maksudnya dengan ucapan marhaban, tamu yang datang disambut dan diterima dengan lapang dada, penuh kegembiraan. Selain itu juga dipersiapkan baginya ruangan yang luas hingga ia bebas untuk melakukan segala aktivitas yang diinginkannya (M Quraish Shihab:520).

Kini bulan suci itu berada di tengah-tengah kita kaum muslimin. Datang menyapa dan kembali mengingatkan orang-orang beriman, agar melaksanakan ibadah tahunan mereka, yakni berpuasa. Yang ditunggu-tunggu sudah datang. Marhaban Ya Ramadhan! (*/ce1)

Sumatera Ekspres, Sabtu, 21 Juli 2012