Jumat, 18 Januari 2013

Terminal Lemabang (Photo Collection 2)





Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card



PALEMBANG -- Direktur Operasional PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), Yusransyah Ishak mengatakan, pihaknya dalam proses penambahan armada BRT Transmusi sebanyak 30 unit pada tahun ini. Dimana, 20 unit bus besar dan 10 unit bus sedang.

Bus-bus tersebut akan melayani koridor yang membutuhkan tambahan. Tentu saja disesuaikan dengan tingkat permintaan (load factor) dan kapasitas jalan. Diperkirakan, bus ukuran besar beroperasi di koridor I dengan rute Jakabaring - Simpang Tegal Binangun. Sedangkan yang sedang melayani koridor 7 dan 8.


Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card
Kata Yusransyah, saat ini sudah beroperasi 120 unit, 40 bus besar dengan kapasitas dua kali bus sedang dan 80 unit bus sedang. "Kalau disetarakan, total Transmusi yang operasionalnya ada 160 unit sedang," bebernya. Untuk mengcover semua koridor, dibutuhkan tambahan 250 unit lagi.

Pihaknya juga akan menambah sekitar 20 ribu
smart card lagi pada Februari nanti. Yang sudah tersebar sekarang ada 40 ribu smart card. "Nantinya smart card Transmusi dapat di beli di toko modern seperti Alfa Mart dan Indomaret," jelasnya. Mulai 24 Desember lalu, pada Transmusi diberlakukan sistem transit dua jam.

"Warga yang menggunakan Transmusi dapat turun dulu dan naik lagi tanpa membayar. Tentu saja untuk perhitungannya terekam dalam
smart card," beber Yusransyah. Saat ini semua koridor telah menerapkan smart card. Ia mengatakan, jumlah pengguna Transmusi saat ini terus meningkat. Wali Kota Palembang H Eddy Santana Putra membenarkan akan adanya penambahan armada Transmusi untuk menunjang kebutuhan transportasi publik masyarakat. (yun)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Jembatan Ampera Overkapasitas

Jembatan Ampera Overkapasitas
PALEMBANG -- Beberapa ruas jalan utama di Metropolis semakin sering didera kemacetan. Termasuklah macet di atas Jembatan Ampera dan Musi II, dua jembatan utama penghubung Seberang Ulu dan Ilir.

Karena pembangunan Jembatan Musi III dinilai sudah sangat mendesak untuk diwujudkan. "Jembatan Ampera sudah melebihi batas (overkapasitas). Jangan sampai roboh dulu baru mau dibangun," kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumsel, Prof Dr Ir Hj Erika Buchori Msc usai pengukuhan pengurus MTI Sumsel di Gedung Serbaguna Pascasarjana Unsri, kemarin (16/1).

Dikatakan pakar transportasi itu, wacana pembangunan Musi III sudah lama terbangun harus diwujudkan dalam waktu dekat. Kondisi Ampera sudah riskan. "Kalau dilihat
level of service-nya, dari hasil pembagian volume dengan kapasitas Jembatan Ampera sekarang mencapai 1,70 satuan indeks. Padahal, idealnya untuk jembatan itu 1,00. Bisa dilihat, banyak motor yang bahkan terpaksa melintas di trotoar begitu juga dengan mobil," bebernya.

Pembangunan Jembatan Musi III yang direncanakan di kawasan Pasar Kuto dan Pulau Kemaro terkendala dari aspek sosial. Ada penolakan dari masyarakat yang lokasinya bakal terkena pembangunan Musi III. "Seharusnya ini segera diselesaikan sehingga pembangunan bisa dijalankan," cetus Erika.


Jembatan Ampera Overkapasitas
Untuk meminimalisir padatnya lalu lintas di Jembatan Ampera, perlu dilakukan pengoptimalan angkutan perairan. "Sekarang sudah ada angkutan sungai yang terintegrasi dengan Transmusi. Nah, ini harus dioptimalkan lagi sehingga penggunaan kendaraan pribadi bisa dikurangi," sarannya.

Pengaturan semacam itu pernah dilakukan saat SEA Games 2011 lalu. "Kalau kita lihat, tiap tahun kepadatan terus meningkat tajam. Harus ada upaya pengalihan ke transportasi air dan kereta api," imbuh Erika.

Ketua Forum Transpotasi Laut MTI pusat, Ir Ajiph Razitwan Anwar MM menambahkan, saat ini pihaknya menyoroti Pelabuhan Boom Baru yang kondisinya sudah proporsional lagi. "Kita sedang mengkaji beberapa kawasan untuk dijadikan pelabuhan tambahan di Palembang. Di antaranya di Mariana, Bagus Kuning, dan Tanjung Api-api. Tapi itu masih survei dan perlu kajian lebih dalam," urainya.

MTI juga mendorong upaya meminimalisir penggunaan angkutan truk yang saat ini makin padat hingga memicu kemacetan. "Kita upayakan untuk membuka jalur ganda di Selat Sunda sehingga bisa langsung ke Palembang. Tapi untuk persiapannya memang perlu waktu paling tidak hingga empat tahun," pungkasnya. (mik/ce2)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Kamis, 10 Januari 2013

Becak Beroperasi di Jalan Protokol


BEROPERASI: Penarik becak yang membandel dan tetap beroperasi di keramaian ruas Jalan A Yani, kemarin

SUDIRMAN – Pengaturan lokasi beroperasinya penarik becak dayung dan mesin di Kota Palembang, sepertinya belum berjalan dengan baik dan teratur. Pasalnya, kendaraan roda tiga tersebut makin marak beroperasi di beberapa ruas jalan protokol di kota pempek ini.

Seperti di Jl Jenderal A Yani, Jl Jenderal Sudirman, Jl Kol Atmo, Jl Veteran, Jl Radial, Jl A Rivai, Jl Mayor Ruslan, Jl RE Martadinata, Jl Perintis Kemerdekaan, dan lainnya. Penarik becak tersebut melayani dan mengangkut penumpangnya dengan melintasi jalan protokol yang ada.

Tak tanggung-tanggung, para penarik becak tersebut sering kali melanggar aturan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Seperti sering menerobos lampu merah dan menerobos kemacetan di beberapa ruas jalan.

“Kondisi tersebut membuat lalu lintas (lalin) di Kota Palembang sangat semrawut. Padahal, para penarik becak hanya beroperasi dan melayani penumpang di jalan lorong, bukannya ke jalan protokol,” cetus Erwin Sutanto, salah seorang warga, saat ditemui, kemarin (9/1).

Ia berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang agar segera melakukan penertiban dan tindakan kepada para penarik becak yang nakal dan masih beroperasi di jalan protokol tersebut.

“Kita bukannya merusak mata pencarian penarik becak tersebut. Tapi, kita ingin agar Palembang menjadi kota yang tertib, aman, serta masyarakatnya selalu mematuhi aturan yang berlaku,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang, Masripin Toyib, melalui Kabid Pengendali Operasi, Pati Ridwan mengatakan, pihaknya telah mengerahkan empat tim untuk berpatroli dan mengawasi para penarik becak yang beroperasi di jalan protokol.

Ia mengatakan, pihaknya juga telah banyak menjaring dan mengangkut becak dan mengempeskan ban becak yang masih beroperasi di jalan protokol. Pasalnya, para penarik becak dilarang keras beroperasi di jalan protokol yang ada. “Kami juga telah mendirikan beberapa pangkalan becak untuk mengantisipasi dan mencegah penarik becak beroperasi di jalan protokol. Tapi, masih banyak yang nakal dan tak menghiraukan aturan yang berlaku. Karena itu, kami sangat kewalahan untuk menertibkan penarik becak yang jumlahnya sangat banyak di Kota Palembang,” pungkasnya. (yud/via/ce4)

Sumatera Ekspres, Kamis, 10 Januari 2013

U Turn RSMH Sebabkan Macet


Tutup: Mengantisipasi kemacetan disepanjang Jalan Sudirman, tepatnya di sekitar RSMH Palembang dan Makodam II Sriwijaya, perputaran atau u turn akan ditutup dengan membangun median jalan permanen

SUDIRMAN - Kurang tertatanya parkir yang berada di sekitar RS Muhammad Hoesin (RSMH) hingga markas Kodam II Sriwijaya, menyebabkan kemacetan sering terjadi di kawasan tersebut. Tak hanya itu, belum optimalnya perputaran (u turn) yang ada di kawasan tersebut makin memperparah kemacetan di kawasan tersebut.

Pantauan koran ini di lapangan, setiap pukul 06.00 WIB dan pukul 15.30 WIB, kawasan tersebut selalu macet. “Mau bagaimana lagi, kondisi ini sudah jadi langganan tiap hari. Padahal, kawasan Jl Jenderal Sudirman merupakan jalan utama yang seharusnya tidak macet. Namun karena adanya parkir yang tidak tertata dan kondisi perputaran yang berada persis di sekitar titik macet, makin memperparah kondisi jalan yang ada,” ujar Agung (35), warga Jl AKBP H Umar, yang ditemui sedang membeli obat di salah satu apotek yang ada di sekitar lokasi, kemarin (9/1).

Seharusnya, terang Agung, petugas Dinas Perhubungan dan instansi terkait bisa ikut terlibat dengan mengawasi dan menjaga agar lalu lintas tidak macet. “Biasanya saat sudah macet parah, petugas baru datang. Padahal, bila petugas disiagakan di sekitar lokasi, tidak akan menyebabkan kemacetan. Paling tidak, bisa meminimalisir kemacetan yang terjadi,” bebernya.

Untuk itu, dirinya berharap ada perhatian yang serius dari pemerintah dalam mengatasi persoalan kemacetan yang sering terjadi. Jangan sampai, kemacetan yang sekarang ini terjadi akan semakin parah dengan tidak adanya kepedulian dari pemerintah. “Masyarakat juga harus ikut berperan sehingga semua pengguna jalan bisa sama-sama menjaga ketertiban dan tidak membuat macet jalan,” tegasnya.

Senada yang diungkapkan Uni (29), warga Jl Kamboja. Menurutnya, kemacetan jalan ini semakin parah jika hujan. Dimana, warga saling mendahului dan kerap membuat jalan macet. “Kalau hari normal, macetnya tidak terlalu panjang. Tapi kalau sudah hujan, kemacetan ini bisa sampai ke simpang Polda Sumsel,” katanya yang tinggal di dekat Universitas Tridinanti Palembang tersebut.

Karena itu, sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan, dengan menertibkan angkutan umum yang berhenti sembarangan dan menata parkir yang terdapat di sekitar lokasi. Yang tidak kalah penting, memberikan kesadaran ke masyarakat untuk bisa meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas. “Dengan langkah ini, minimal bisa mengurangi angka kemacetan hingga 70 persen. Sebab, semakin dibiarkan, akan semakin parah,” terangnya.

Sementara itu, Kabid Pengawasan dan Pengendalian Operasional (Wasdalops) Dinas Perhubungan Kota Palembang, Pathi Riduan, saat dihubungi melalui handphonenya mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Hasil pembicaraan tersebut, menyepakati penutupan perputaran (u turn) yang ada di RSMH hingga ke lampu merah (traffick light) simpang Sekip dengan dipasang median jalan secara permanen.

”Hingga saat ini, di sepanjang Jl Jenderal Sudirman hanya yang di depan RSMH yang memiliki perputaran panjang. Hasil rapat, bahwa perputaran tersebut akan ditutup. Pengerjaan median jalan yang dibangun secara permanen akan dilakukan antara Februari-Maret 2013,” bebernya.

Dengan dibangun median permanen, sambungnya, warga tidak bisa memutar. “Bila ingin memutar, masyarakat harus melalui Jl Kamboja atau samping Makodam II Sriwijaya,” katanya. (afi/via/ce4)

Sumatera Ekspres, Kamis, 10 Januari 2013