Cinta adalah jabaran sebuah kata yang sarat akan makna....
Begitu luasnya makna yang terkandung dalam cinta....
Sehingga maut pun menjadi taruhannya....
Begitu juga dengan logika dan akal yang seringkali hilang hanya karena alasan cinta....
ALKISAH zaman dahulu dikenal seorang putri cantik dari Tanjung Iran Niru yang bernama Dayang Merindu. Puteri ini merupakan cucu dari seorang yang disegani dan dihormati yaitu Rie Carang.
Dayang Merindu yang digambarkan berambut panjang bak mayang terurai ini menjalin kasih dengan jejaka tambatan hati yaitu Naring Cili yang terkenal sakti dari Dusun Galang Tinggi. Hubungan cinta ini sudah disepakati kedua belah pihak dan ketika masanya sang Naring Cilik akan meminang Dayang Merindu, maka disepakati beberapa permintaan dari Dayang Merindu, diantaranya sirih selebar Niru, pinang sebesar kulak, puyuh setakin, dan perhiasan.
Semuanya dapat dipenuhi Naring Cili kecuali tanduk kerbau Lambuare yang tak kuasa dicari Naring. Tetapi bukan berarti Naring Cilik kecewa dan putus asa. Untuk mencari tanduk kerbau itu, Naring minta bantuan Tumanggung Mintik dengan syarat mau menyerahkan kesaktian dan disetujui Naring.
Alhasil, tanduk tersebut dapat ditemukan di wilayah Kerajaan Mataram, tetapi itu memakan waktu berbulan-bulan sementara Dayang Merindu menanti tanpa kabar dan kepastian dari Naring
Dayang merindu menghibur diri bersama dayang-dayangnya yaitu mandi di sungai. Ketika mandi disungai inilah, bokor yang berisi peralatan dan rambut Dayang Merindu hanyut terbawa arus dan ini membuatnya sedih.
Alkisah, bokor ini ditemukan rakyat Sunan Adi Maskayedipati (Palembang) dan langsung diberikan kepada Sunan mereka. Sang Sunan yang melihat bokor memastikan pemiliknya puteri yang cantik, apalagi dengan bantuan Tumanggung Mintik dan Karangge Sintik yang mempunyai ilmu tinggi dalam melakukan pencarian.
Alkisah, pemilik bokor ditemukan dan segera dilamar Sunan kemudian resmi menjadi istrinya. Sementara ditempat lain Naring Cili yang sudah menemukan tanduk kerbau yang dimaksud segera mendatangi Dayang Merindu, tetapi ditolak keluarga Dayang Merindu karena sang puteri sudah dipinang di Palembang.
Murkalah Naring Cili dan segera menyusul ke Palembang. Akhirnya terjadilah pertempuran yang banyak memakan korban nyawa. Dayang Merindu yang mengetahui hal ini, berinisiatif daripada banyak korban, maka dirinya rela tubuhnya dipotong dua dan itu dengan berat hati dilakukan Naring Cili. Sebelah potongan tubuh Dayang Merindu dimakamkan di Tanjung Iran Niru, Muaraenim dan sebelah lagi yaitu bagiang pinggang ke bawah di bawah Sunan untuk dimakamkan di daerah Palembang.
Sriwijaya Post
0 komentar:
Posting Komentar