Kamis, 16 Mei 2013

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang (2/Selesai)

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang
Photo: Koleksi LEMABANG 2008. Musibah kebakaran yang terjadi di Jl Yos Sudarso, Lr Damai, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, Lemabang, Palembang, beberapa tahun lalu (8/9/2011)

Meski bukan aparat TNI atau Polri, tapi menjadi seorang anggota pemadam juga butuh nyali besar. Untung saja konsep pelatihan dan pendidikan yang diterapkan kepada seluruh anggota menggunakan metode semi-militer. Pasalnya, banyak sekali kendala dan rintangan dalam tugas di lapangan..

================================
================================

Dikejar waktu untuk tiba di lakosi dam kompleksnya lokasi, membuat anggota Badan Penanggunalangan Bencana Daerah dan Pemadam kebakaran (BPBD-PK) Palembang rentan terhadap kecelakaan.

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang“Untung saja sejauh ini belum ada personel kita yang mengalami kecelakaan dalam tugasnya. Kalau yang terbakar ringan pada tangan ada. Kami menekankan prensip kehati-hatian dengan menggunakan safety first yang benar,” kata Kepala BPBD-PK Palembang, Dicky Lenggardi saat dibincangi santai di kantornya oleh wartawan koran ini, kemarin.

Karena menyangkut nyawa, baik personel maupun penghuni rumah/gedung yang terbakar, penting menekankan kepada seluruh personel pemadam kebakaran untuk tidak melakukan kesalahan. “Tidak boleh ada kesalahan sedkiti pun, karena akan berakibat fatal. Tidak hanya untuk dirinya, tapi juga personel lainnya,” jelasnya.

Semua personel BPBD-PK Palembang dituntut mampu bekerja sama dalam tim. Makanya, kata Dicky, ditanamkan rasa kebersamaan dan memiliki jiwa kesatuan (jiwa korsa), layaknya prajurit militer.

Ada banyak suka duka yang dialami jajarannya. Dicky mencontohkan, saat berusaha memadamkan kebakaran rumah di kawasan Ariodillah, terpaksa anggotanya menarik selang air melewati atas jenazah karena sempitnya akses masuk menuju lokasi yang terbakar.

“Alhamdulillah, keluarga yang berduka mengizinkan, jadi tugas tetap berjalan,” kenangnya. Belum lagi pengalaman paling heroik saat kebakaran Hotel King tahun 2007 lalu. Personelnya mampu menyelamatkan hingga 10-an nyawa menggunakan mobil tangga.

“Di sana kita tidak hanya bertugas memadamkan kebakaran, tapi juga menyelamatkan orang. Rasa bangganya luar biasa,” cetusnya. Kesedihan mendalam pun pernah dirasakan saat mereka gagal menyelamatkan nyawa pengunjung Happy Karaoke di kompleks Ilir Barat Permai, beberapa tahun silam.

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang“Kami berusaha sekuat tenaga memadamkan api dan mencegah korban. Tapi kadang terbatas karena kekurangan alat,” imbuh Dicky. Banyak hal yang personelnya masih kesulitan untuk menyelesaikan tugas secepat mungkin. Selain ketiadaan alat, juga ketidaktahuan masyarakat menggunakan alat untuk melakukan penyelamatan pertama.

Belum lagi, jika akses menuju pemukiman padat penduduk berupa lorong sempit dan pemukiman yang mayoritas dari bahan kayu sehingga mudah terbakar. “Sering pula akses masuk terhalang portal atau gapura. Jelas mobil kita tidak dapat masuk dan hanya sampai di ujung lorong,” bebernya.

Meski peralatan BPBD-PK Palembang saat ini semakin mumpini, tapi harus diakui, kondisi lapangan kadang tidak semulus harapan. “Selang kita maksimal 500 meter panjangnya. Dalam kondisi tertentu, personel kita biasanya mengambil jalan alternatif untuk tiba di lokasi secara cepat dan dekat,” tutur Dicky.

Problem lain muncul jika lokasi kebakaran jauh dari sumber air. “Kita dituntut untuk berpikir cepat dan tanggap. Yang pasti, sejauh mana pun lokasinya, personel kita berusaha secepat mungkin tiba dan memadamkan apinya,” ujarnya.

Terkadang, karena saking ingin cepatnya melakukan pertolongan, beberapa insiden kecil seperti menabrak gerobak bakso, pejalan kaki, pengendara dan lainnya dapat terjadi. “Alhamdulillah, biasanya dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Masyarakat mengerti apa yang terjadi dan tidak pernah memperpanjang persoalan itu,” jelas Dicky.

Ia hanya kadang sedih ada masyarakat yang tidak paham perjuangan pemadam kebakaran. Sesuai prosedur, begitu ada panggilan kebakaran, personelnya hanya butuh waktu 5-15 menit untuk tiba di lokasi karena kecepatan mobil 80-100 Km per jam. Tapi, lagi-lagi, senua tergantung jarak dan hambatan di jalan.

“Tapi masih ada masyarakat yang berpikir kita bekerja maksimal dan selalu datang terlambat ke lokasi. Seperti kebakaran di Tangga Buntung, beberapa waktu lalu. Ketika kita tiba di lokasi, kaca mobil kita langsung dipecahkan warga yang mungkin kesal dan menilai kita lamban,” tukasnya. (*/ce2)

Sumatera Ekspres, Kamis, 16 Mei 2013

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang (1)

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota Palembang
Photo: Koleksi LEMABANG 2008. Musibah kebakaran yang terjadi di Jl Yos Sudarso, Lr Damai, Kecamatan Ilir Timur (IT) II, Lemabang, Palembang, beberapa tahun lalu (8/9/2011)


Orang awam mengenal instansi ini pemadam kebakaran. Di lingkungan Pemkot Palembang, dinamakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran. Keberadaaan mereka begitu diperlukan. Telat tiba di lokasi, mereka pasti disalahkan. Namun tak jarang para petugas pemadam ini mendapatkan kabar hoax alias bohong.

================================
================================


Suasana kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBD-PK) Palembang di Jl Merdeka terlihat lengang. Markas ppemadam si jago mereh ini tidak begitu besar, namun di dalamnya terdapat orang-orang yang memiliki berjiwa pemberani.

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota PalembangTampak berjejer delapan delapan unit mobil pemadam kebakaran (blanwir). Tak terlihat aktivitas mencolok saat kooran ini mampir ke sana, kemarin. Ternyata mereka ada di kantor, bersiaga dan stand by mengenakan seragam lengkap.

“Silakan masuk,” kata seorang staf yang berada di sana. Sekretaris BPBD-PK Kota Palembang, Romli Hopiah mengatakan, total personel yang dimiliki saat ini 90 orang. Mereka ditempatkan pada delapan pos yang tersebar di wilayah Palembang. Selain pos induk di Jl Merdeka, ada pos 5 Ulu, Sako, Alang-Alang Lebar (AAL), Gandus, 13 Ulu, Jakabaring, dan satu pos lagi di BKB

“Kita didukung dengan dua kapal air yang d tempatkan di pos BKB. Pos ini nantinya akan mengamankan kebakaran yang terjadi di pinggir Sungai Musi,” jelasnya. Ia mencontohkan, saat terjadi kebakaran di 4 Ulu, beberapa waktu lalu, peralatan dan tim pemadam kebakaran tidak hanya dikerahkan melalui jalur darat, tapi juga perairan.

“Kami menggunakan sistem double, darat maupun air, jika memang memungkinkan,” ucap Ramli. Seiring waktu, peralatan yang dimiliki semakin lengkap dan canggih. Ada 22 mobil pemadam, 15 mobil penembak, dan 7 mobil penyuplai (fire tangker), satu mobil bertangga, {rescue}, dua kapal pemadam, dan lima mesin pompa portable.

“Lima mesin pompa ini baru datang Februari lalu dan termasuk peralatan canggih yang kita miliki sekarang. Pompa ini mampu menyedot air dalam sekian detik hingga ribuan meter kubik,” bebernya. Tiap anggota telah pula dilengkapi safety first lengkap, mulai dari helm, live jacket, sarung tangan tahan panas dan api.

“Semua peralatan disebar di tujuh pos selain pos induk,” imbuhnya. Personel yang ada dibagi dalam tiga shift piket, pagi, siang, dan malam. Para petugas pemadam kebakaran ini selalu siaga dan tanggap dengan segala kemungkinan yang ada, khususnya kebakaran.

Suka Duka Personel Pemadam Kebakaran Kota PalembangMeski sudah cukup banyak dan lengkap, tapi Romli menegaskan, peralatan dan jumlah personel yang ada saat ini masih dirasakan kurang. Selama ini, pihaknya mencoba mengoptimalkan yang ada. Seiring perluasan ruang lingkup kerja, pihaknya telah meminta tambahan peralatan, khusus untuk penanggulangan bencana banjir. Mulai perahu karet, tenda, truk, truk evakusai dan tandu, termasuk personel. Idealnya, kata Romli, satu pos dijaga 15 orang petugas. Saat ini baru 10 orang.

Jumlah kapal pemadam untuk wilayah perairan juga kurang mengingat panjangnya bantaran Sungai Musi. “Selang kita paling panjang 500 meter. Selebihnya, harus menggunakan pompa,” cetusnya. Romli berharap bantuan dan dukungan dari masyarakat. Selama ini, setiap ada kebakaran lebih banyak menonton sehingga menyulitkan akses menuju lokasi. Banyak juga yang mau membantu, tapi minim mengetahui menggunakan alat.

“Ada yang mau bantu. Begitu kita tiba, mereka langsung menarik selangnya. Bagaimana mau mengalir kalau connecting antar pipa belum dipasang,” tuturnya. Belum lagi, kalau ada selang yang dipotong warga yang “nakal”. Dengan slogan Pantang Pulang Sebelum Padam, mereka berusaha keras menjangkau semua lokasi kebakaran, walau medan yang dilalui sulit.

Yang kadang membuat sedih, begitu tiba di lokasi, tidak ada kebakaran yang diinformasikan. “Pernah ada beberapa kali laporan kebakaran, saat ke lokasi ternyata tidak ada atau hoax saja,” tukas Romli. Karana itu, saat ini pihaknya menyiapkan dua juru telepon (jurtel) yang hafal semua kode area telepon di Palembang. “Petugas kita itu mampu mendeteksi info tersebut bohong atau benar,” pungkasnya. (*/ce2)

Sumatera Ekspres, Rabu, 15 Mei 2013

Rabu, 03 April 2013

Parkir Sembarangan

Parkir Sembarangan

Pemandangan ini hampir setiap hari menjelang sore terlihat di dalam Terminal Lemabang, di sepanjang lajur bebas angkutan umum. Para pengguna sepeda motor ini seperti tidak peduli kalau mereka memarkirkan kendaraan di jalur bebas angkutan umum, akibatnya kendaraan umum pun terpaksa ngetem di pintu masuk terminal untuk menaikan penumpang.

Posted by: LEMABANG 2008, Kamis, 4 April 2013 02.12 WIB



Parkir Sembarangan

Jumat, 18 Januari 2013

Terminal Lemabang (Photo Collection 2)





Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card



PALEMBANG -- Direktur Operasional PT Sarana Pembangunan Palembang Jaya (SP2J), Yusransyah Ishak mengatakan, pihaknya dalam proses penambahan armada BRT Transmusi sebanyak 30 unit pada tahun ini. Dimana, 20 unit bus besar dan 10 unit bus sedang.

Bus-bus tersebut akan melayani koridor yang membutuhkan tambahan. Tentu saja disesuaikan dengan tingkat permintaan (load factor) dan kapasitas jalan. Diperkirakan, bus ukuran besar beroperasi di koridor I dengan rute Jakabaring - Simpang Tegal Binangun. Sedangkan yang sedang melayani koridor 7 dan 8.


Tambah 30 Transmusi - 20 Ribu Smart Card
Kata Yusransyah, saat ini sudah beroperasi 120 unit, 40 bus besar dengan kapasitas dua kali bus sedang dan 80 unit bus sedang. "Kalau disetarakan, total Transmusi yang operasionalnya ada 160 unit sedang," bebernya. Untuk mengcover semua koridor, dibutuhkan tambahan 250 unit lagi.

Pihaknya juga akan menambah sekitar 20 ribu
smart card lagi pada Februari nanti. Yang sudah tersebar sekarang ada 40 ribu smart card. "Nantinya smart card Transmusi dapat di beli di toko modern seperti Alfa Mart dan Indomaret," jelasnya. Mulai 24 Desember lalu, pada Transmusi diberlakukan sistem transit dua jam.

"Warga yang menggunakan Transmusi dapat turun dulu dan naik lagi tanpa membayar. Tentu saja untuk perhitungannya terekam dalam
smart card," beber Yusransyah. Saat ini semua koridor telah menerapkan smart card. Ia mengatakan, jumlah pengguna Transmusi saat ini terus meningkat. Wali Kota Palembang H Eddy Santana Putra membenarkan akan adanya penambahan armada Transmusi untuk menunjang kebutuhan transportasi publik masyarakat. (yun)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Jembatan Ampera Overkapasitas

Jembatan Ampera Overkapasitas
PALEMBANG -- Beberapa ruas jalan utama di Metropolis semakin sering didera kemacetan. Termasuklah macet di atas Jembatan Ampera dan Musi II, dua jembatan utama penghubung Seberang Ulu dan Ilir.

Karena pembangunan Jembatan Musi III dinilai sudah sangat mendesak untuk diwujudkan. "Jembatan Ampera sudah melebihi batas (overkapasitas). Jangan sampai roboh dulu baru mau dibangun," kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Sumsel, Prof Dr Ir Hj Erika Buchori Msc usai pengukuhan pengurus MTI Sumsel di Gedung Serbaguna Pascasarjana Unsri, kemarin (16/1).

Dikatakan pakar transportasi itu, wacana pembangunan Musi III sudah lama terbangun harus diwujudkan dalam waktu dekat. Kondisi Ampera sudah riskan. "Kalau dilihat
level of service-nya, dari hasil pembagian volume dengan kapasitas Jembatan Ampera sekarang mencapai 1,70 satuan indeks. Padahal, idealnya untuk jembatan itu 1,00. Bisa dilihat, banyak motor yang bahkan terpaksa melintas di trotoar begitu juga dengan mobil," bebernya.

Pembangunan Jembatan Musi III yang direncanakan di kawasan Pasar Kuto dan Pulau Kemaro terkendala dari aspek sosial. Ada penolakan dari masyarakat yang lokasinya bakal terkena pembangunan Musi III. "Seharusnya ini segera diselesaikan sehingga pembangunan bisa dijalankan," cetus Erika.


Jembatan Ampera Overkapasitas
Untuk meminimalisir padatnya lalu lintas di Jembatan Ampera, perlu dilakukan pengoptimalan angkutan perairan. "Sekarang sudah ada angkutan sungai yang terintegrasi dengan Transmusi. Nah, ini harus dioptimalkan lagi sehingga penggunaan kendaraan pribadi bisa dikurangi," sarannya.

Pengaturan semacam itu pernah dilakukan saat SEA Games 2011 lalu. "Kalau kita lihat, tiap tahun kepadatan terus meningkat tajam. Harus ada upaya pengalihan ke transportasi air dan kereta api," imbuh Erika.

Ketua Forum Transpotasi Laut MTI pusat, Ir Ajiph Razitwan Anwar MM menambahkan, saat ini pihaknya menyoroti Pelabuhan Boom Baru yang kondisinya sudah proporsional lagi. "Kita sedang mengkaji beberapa kawasan untuk dijadikan pelabuhan tambahan di Palembang. Di antaranya di Mariana, Bagus Kuning, dan Tanjung Api-api. Tapi itu masih survei dan perlu kajian lebih dalam," urainya.

MTI juga mendorong upaya meminimalisir penggunaan angkutan truk yang saat ini makin padat hingga memicu kemacetan. "Kita upayakan untuk membuka jalur ganda di Selat Sunda sehingga bisa langsung ke Palembang. Tapi untuk persiapannya memang perlu waktu paling tidak hingga empat tahun," pungkasnya. (mik/ce2)

Sumatera Ekspres, Kamis, 17 Januari 2013

Kamis, 10 Januari 2013

Becak Beroperasi di Jalan Protokol


BEROPERASI: Penarik becak yang membandel dan tetap beroperasi di keramaian ruas Jalan A Yani, kemarin

SUDIRMAN – Pengaturan lokasi beroperasinya penarik becak dayung dan mesin di Kota Palembang, sepertinya belum berjalan dengan baik dan teratur. Pasalnya, kendaraan roda tiga tersebut makin marak beroperasi di beberapa ruas jalan protokol di kota pempek ini.

Seperti di Jl Jenderal A Yani, Jl Jenderal Sudirman, Jl Kol Atmo, Jl Veteran, Jl Radial, Jl A Rivai, Jl Mayor Ruslan, Jl RE Martadinata, Jl Perintis Kemerdekaan, dan lainnya. Penarik becak tersebut melayani dan mengangkut penumpangnya dengan melintasi jalan protokol yang ada.

Tak tanggung-tanggung, para penarik becak tersebut sering kali melanggar aturan rambu-rambu lalu lintas yang ada. Seperti sering menerobos lampu merah dan menerobos kemacetan di beberapa ruas jalan.

“Kondisi tersebut membuat lalu lintas (lalin) di Kota Palembang sangat semrawut. Padahal, para penarik becak hanya beroperasi dan melayani penumpang di jalan lorong, bukannya ke jalan protokol,” cetus Erwin Sutanto, salah seorang warga, saat ditemui, kemarin (9/1).

Ia berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang agar segera melakukan penertiban dan tindakan kepada para penarik becak yang nakal dan masih beroperasi di jalan protokol tersebut.

“Kita bukannya merusak mata pencarian penarik becak tersebut. Tapi, kita ingin agar Palembang menjadi kota yang tertib, aman, serta masyarakatnya selalu mematuhi aturan yang berlaku,” tegasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang, Masripin Toyib, melalui Kabid Pengendali Operasi, Pati Ridwan mengatakan, pihaknya telah mengerahkan empat tim untuk berpatroli dan mengawasi para penarik becak yang beroperasi di jalan protokol.

Ia mengatakan, pihaknya juga telah banyak menjaring dan mengangkut becak dan mengempeskan ban becak yang masih beroperasi di jalan protokol. Pasalnya, para penarik becak dilarang keras beroperasi di jalan protokol yang ada. “Kami juga telah mendirikan beberapa pangkalan becak untuk mengantisipasi dan mencegah penarik becak beroperasi di jalan protokol. Tapi, masih banyak yang nakal dan tak menghiraukan aturan yang berlaku. Karena itu, kami sangat kewalahan untuk menertibkan penarik becak yang jumlahnya sangat banyak di Kota Palembang,” pungkasnya. (yud/via/ce4)

Sumatera Ekspres, Kamis, 10 Januari 2013

U Turn RSMH Sebabkan Macet


Tutup: Mengantisipasi kemacetan disepanjang Jalan Sudirman, tepatnya di sekitar RSMH Palembang dan Makodam II Sriwijaya, perputaran atau u turn akan ditutup dengan membangun median jalan permanen

SUDIRMAN - Kurang tertatanya parkir yang berada di sekitar RS Muhammad Hoesin (RSMH) hingga markas Kodam II Sriwijaya, menyebabkan kemacetan sering terjadi di kawasan tersebut. Tak hanya itu, belum optimalnya perputaran (u turn) yang ada di kawasan tersebut makin memperparah kemacetan di kawasan tersebut.

Pantauan koran ini di lapangan, setiap pukul 06.00 WIB dan pukul 15.30 WIB, kawasan tersebut selalu macet. “Mau bagaimana lagi, kondisi ini sudah jadi langganan tiap hari. Padahal, kawasan Jl Jenderal Sudirman merupakan jalan utama yang seharusnya tidak macet. Namun karena adanya parkir yang tidak tertata dan kondisi perputaran yang berada persis di sekitar titik macet, makin memperparah kondisi jalan yang ada,” ujar Agung (35), warga Jl AKBP H Umar, yang ditemui sedang membeli obat di salah satu apotek yang ada di sekitar lokasi, kemarin (9/1).

Seharusnya, terang Agung, petugas Dinas Perhubungan dan instansi terkait bisa ikut terlibat dengan mengawasi dan menjaga agar lalu lintas tidak macet. “Biasanya saat sudah macet parah, petugas baru datang. Padahal, bila petugas disiagakan di sekitar lokasi, tidak akan menyebabkan kemacetan. Paling tidak, bisa meminimalisir kemacetan yang terjadi,” bebernya.

Untuk itu, dirinya berharap ada perhatian yang serius dari pemerintah dalam mengatasi persoalan kemacetan yang sering terjadi. Jangan sampai, kemacetan yang sekarang ini terjadi akan semakin parah dengan tidak adanya kepedulian dari pemerintah. “Masyarakat juga harus ikut berperan sehingga semua pengguna jalan bisa sama-sama menjaga ketertiban dan tidak membuat macet jalan,” tegasnya.

Senada yang diungkapkan Uni (29), warga Jl Kamboja. Menurutnya, kemacetan jalan ini semakin parah jika hujan. Dimana, warga saling mendahului dan kerap membuat jalan macet. “Kalau hari normal, macetnya tidak terlalu panjang. Tapi kalau sudah hujan, kemacetan ini bisa sampai ke simpang Polda Sumsel,” katanya yang tinggal di dekat Universitas Tridinanti Palembang tersebut.

Karena itu, sebagai solusi untuk mengatasi kemacetan, dengan menertibkan angkutan umum yang berhenti sembarangan dan menata parkir yang terdapat di sekitar lokasi. Yang tidak kalah penting, memberikan kesadaran ke masyarakat untuk bisa meningkatkan kedisiplinan berlalu lintas. “Dengan langkah ini, minimal bisa mengurangi angka kemacetan hingga 70 persen. Sebab, semakin dibiarkan, akan semakin parah,” terangnya.

Sementara itu, Kabid Pengawasan dan Pengendalian Operasional (Wasdalops) Dinas Perhubungan Kota Palembang, Pathi Riduan, saat dihubungi melalui handphonenya mengatakan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Hasil pembicaraan tersebut, menyepakati penutupan perputaran (u turn) yang ada di RSMH hingga ke lampu merah (traffick light) simpang Sekip dengan dipasang median jalan secara permanen.

”Hingga saat ini, di sepanjang Jl Jenderal Sudirman hanya yang di depan RSMH yang memiliki perputaran panjang. Hasil rapat, bahwa perputaran tersebut akan ditutup. Pengerjaan median jalan yang dibangun secara permanen akan dilakukan antara Februari-Maret 2013,” bebernya.

Dengan dibangun median permanen, sambungnya, warga tidak bisa memutar. “Bila ingin memutar, masyarakat harus melalui Jl Kamboja atau samping Makodam II Sriwijaya,” katanya. (afi/via/ce4)

Sumatera Ekspres, Kamis, 10 Januari 2013